Hal-hal yang Tidak Disukai oleh Tipe Intuitive Introvers (IT-I)
Sun, 13 Oct 2024
Follow the stories of academics and their research expeditions
Di tengah gempuran arus modernisasi yang semakin mengguncang pondasi moral generasi muda, tantangan dalam menjaga etika dan akhlak anak-anak kita semakin kompleks dan mendesak. Kehamilan di luar nikah, maraknya LGBT, dan hilangnya peran penting dari niniak mamak serta bundo kanduang di ranah Minang adalah sinyal yang tidak bisa lagi kita abaikan. Di wilayah yang terkenal dengan filosofi “Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah,” tanda-tanda ini menjadi bukti nyata bahwa krisis identitas dan moral sedang melanda masyarakat kita.
Fenomena kehamilan di luar nikah yang semakin meningkat bukan hanya menunjukkan lemahnya pendidikan moral dan seks di kalangan remaja, tetapi juga menggambarkan bagaimana pengawasan sosial dan agama yang seharusnya menjadi benteng pertahanan pertama telah mulai runtuh. Islam dengan tegas mengajarkan untuk menjaga kehormatan diri dan keluarga, namun realitas menunjukkan sebaliknya. Kehamilan di luar nikah tidak hanya merusak masa depan remaja yang terlibat, tetapi juga memberikan dampak sosial yang lebih luas dan mendalam. Ini adalah salah satu contoh nyata dari kegagalan kita dalam menanamkan nilai-nilai moral yang kuat kepada anak-anak kita.
Di sisi lain, merebaknya komunitas LGBT di ranah Minang semakin memperlihatkan bagaimana nilai-nilai adat dan agama yang dahulu kuat kini mulai memudar. Dalam Islam, perilaku LGBT dianggap sebagai penyimpangan dari fitrah manusia, sebagaimana ditegaskan dalam kisah kaum Luth di Al-Qur'an. Namun, di tengah hilangnya peran niniak mamak, ulama, dan bundo kanduang, nilai-nilai ini semakin terpinggirkan, dan masyarakat mulai kehilangan pegangan dalam menjaga moralitas generasi muda. Padahal, adat Minangkabau yang berakar kuat pada nilai-nilai Islam seharusnya menjadi benteng yang kokoh untuk mencegah perilaku yang menyimpang ini.
Mencekiknya kondisi ekonomi masyarakat turut memperburuk situasi ini, di mana orang tua yang seharusnya menjadi pendidik utama lebih fokus mencari nafkah daripada mendidik anak-anak mereka dengan benar. Akibatnya, pengawasan dan bimbingan moral terhadap anak-anak menjadi semakin longgar. Niniak mamak dan bundo kanduang, yang dahulunya menjadi pilar pengawasan sosial, kini mulai kehilangan peran mereka dalam menjaga dan membimbing generasi muda. Ini membuka celah bagi perilaku menyimpang untuk tumbuh dan berkembang tanpa pengawasan yang memadai.
Lebih mengkhawatirkan lagi adalah diamnya ulama dan orang-orang baik di tengah semua permasalahan ini. Sebagai pewaris nabi, ulama seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga moralitas umat, termasuk generasi muda. Namun, ketika mereka memilih untuk diam, kita kehilangan suara penegak kebenaran yang seharusnya menjadi panduan dalam menghadapi kemerosotan moral ini. Hadis Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita untuk mengubah kemungkaran dengan tangan, lisan, atau setidaknya hati, namun jika para ulama dan orang baik tidak mengambil tindakan, siapa lagi yang akan melakukannya?
Hilangnya adat istiadat Minangkabau sebagai identitas kuat masyarakat Minang juga menjadi bagian dari krisis ini. Nilai-nilai adat yang selama berabad-abad menjadi panduan moral kini semakin tergerus oleh arus globalisasi. Padahal, sebagai masyarakat yang berpegang pada prinsip “Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah,” adat bukan hanya tradisi, tetapi juga bentuk pengamalan ajaran agama. Kehilangan adat istiadat Minangkabau berarti hilangnya satu lagi benteng dalam menjaga moralitas generasi muda kita.
Dalam menghadapi berbagai tantangan ini, solusi yang ditawarkan oleh Al-Qur'an dan Hadis harus kembali menjadi pusat dalam pendidikan anak-anak kita. Keluarga, sebagai unit terkecil dalam masyarakat, harus berfungsi sebagai benteng pertama dalam menanamkan nilai-nilai Islam dan adat Minangkabau. Pendidikan agama yang kuat di rumah, diperkuat dengan pengawasan sosial oleh niniak mamak dan bundo kanduang, serta dukungan ulama dan tokoh masyarakat, akan menjadi tameng yang kuat dalam menjaga anak-anak kita dari godaan yang merusak. Tantangan yang kita hadapi memang besar, tetapi dengan kembali kepada nilai-nilai Al-Qur'an, Hadis, dan adat Minangkabau, kita dapat memperkuat fondasi moral generasi muda kita dan memastikan bahwa warisan budaya dan agama kita tetap hidup dan berkembang.
Tulisan Oleh Adhan Chaniago (Pemerhati dan Praktisi Pendidikan Indonesia)
Sun, 13 Oct 2024
Sun, 13 Oct 2024
Sun, 13 Oct 2024
Leave a comment